Sangiang, Benteng Penyu di Selat Sunda: Mewujudkan Harmoni Antara Masyarakat, Pemerintah, dan Akademisi di Banten

    Banten adalah nama provinsi yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Provinsi ini memiliki potensi perikanan laut yang luar biasa, karena wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, dan Selat Sunda di sebelah barat. Patutlah sektor perikanan laut menjadi garda terdepan dalam penggerak ekonomi provinsi ini. Selain sektor perikanan tangkap dan budidaya laut, sektor pariwisata bahari di Banten menjadi andalan. Tercatat terdapat 57 pulau yang masuk dalam wilayah administratif Provinsi Banten. Salah satunya adalah Pulau Sangiang. Pulau ini memiliki jarak yang dekat dari daratan utama Pulau Jawa (Kota Anyer), yaitu ±11 km atau ±7 mil. Lokasinya strategis, hanya membutuhkan waktu <1 jam dari ibu Kota Provinsi Banten ke Pelabuhan penyebrangan di Anyer, kemudian menyebrang menggunakan kapal ±50 menit.

    Pulau Sangiang dihuni oleh masyarakat yang Sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai petani kebun dan nelayan. Namun ada juga yang berdagang dan menjadi guide untuk wisatawan yang berkunjung ke Pulau Sangiang. Secara administratif Pulau Sangian masuk dalam wilayah Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Terdapat beberapa fasilitas umum yaitu masjid, toilet dan kamar mandi, balai pertemuan, dan taman baca yang dikelola masyarakat di Pulau Sangiang. Status Pulau Sangiang saat ini adalah Taman Wisata Alam (TWA) yang dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah I Bogor, Seksi Konservasi Wilayah I Serang. Sebagaimana fungsi dari TWA yaitu, selain sebagai tempat wisata dan rekreasi, TWA juga menjadi tempat pelindung dari sistem penyangga kehidupan. Karena itu, pulau kecil ini menjadi salah satu benteng siklus kehidupan penyu sisik dan penyu hijau. Penyu merupakan reptil yang dapat bermigrasi jarak jauh di laut. Tujuan migrasi penyu adalah untuk kawin, mencari lokasi bertelur (breeding ground), atau untuk mencari makan. Fungsi lain dari TWA yaitu sebagai tempat atau lokasi penyelenggaraan pendidikan serta pengembangan ilmu pengetahuan. Boleh dikatakan bahwa Pulau Sangiang menjadi tempat yang komplit untuk telaah akademik terkait harmoni antara penyu sebagai hewan yang dilindungi, sosial masyarakat, dan pemerintah yang mengelola TWA.

    Harmoni antara penyu dan masyarakat adalah​ terciptanya lingkungan yang damai, aman, tentram di semua aspek. Baik dalam aspek perlindungan, konservasi ataupun ekowisata. Sehingga jika harmoni dalam masyarakat terwujud maka kualitas hidup masyarakat juga bisa meningkat. Adapun kesadaran masyarakat dalam pelestarian penyu itu datang dari dalam diri. Kita memiliki banyak orang hebat yang dengan ikhlas mendedikasikan hidupnya kepada pelestarian penyu di Indonesia. Karena itu, harmoni ini bukan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan. Sebagai manusia tentu menyadari bahwa tiap makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak untuk hidup di bumi dan melakukan tugasnya sebagai makhluk. Melakukan tugasnya dalam menopang ekosistem dan rantai hidup makhluk lainya.

    Masuknya Pulau Sangiang sebagai wilayah administrasi dari Kecamatan Anyer menjadi hal yang penting. Kehadiran pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di semua sektor baik itu di sektor darat ataupun di laut harus terselenggara dengan adil. Masyarakat tidak akan dapat berdiri sendiri memenuhi kebutuhan tanpa adanya pemerintah yang memberikan pelayanan dan kebijakan. Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas, dalam halnya keterlibatan aktif pemerintah untuk mengedukasi upaya pelestarian penyu. Perbaikan dan pembangunan fasilitas penunjang, untuk wisata berbasis edukasi konservasi yang dikelola melalui partisipatif masyarakat dapat memberikan dampak keberlanjutan. Tanpa adanya bantuan dari pemerintah, fungsi Pulau Sangiang sebagai benteng untuk pelestarian penyu tidak akan berjalan secara maksimal.

    Kehadiran akademisi dari perguruan tinggi memiliki peran besar dalam memberikan insersi nilai-nilai moral dan ilmu pengetahuan terkait konservasi dan implementasinya dalam berbagai program Tri Dharma Perguruan Tinggi. Selain itu juga bekerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki visi yang sejalan tentang konservasi. Perguruan tinggi dapat memasukkan nilai nilai konservasi dalam setiap aktivitas sivitas akademika dosen, karyawan, serta mahasiswa. Misalnya, dengan memberikan pembelajaran mata kuliah terkait konservasi di semua program studi, juga pembentukan kelompok studi yang bergerak di bidang konservasi atau pelestarian lingkungan dan pelestarian penyu. Kampus Merdeka, Merdeka Belajar dapat dilaksanakan secara nyata di laboratorium alam Pulau Sangiang.


    Sebagai penutup, harmoni antara masyarakat, pemerintah, dan akademisi Di Provinsi Banten khususnya di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangiang saat ini masih minim sosialisasi dan edukasi terkait pelestarian penyu. Pengetahuan lokal dan pemahaman lapangan yang dimiliki masyarakat, kuasa pembuatan keputusan atau kebijakan di tangan pemerintah, teknologi terbaru serta gagasan akademis dari perguruan tinggi dapat membentuk trisula satu harmoni untuk bersama-sama melestarikan penyu. Harmoni yang menjadikan Pulau Sangiang sebagai benteng kokoh untuk pelestarian penyu di Selat Sunda.

Penulis : Sutisna

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form